ISBN: 978-979-22-7274-1
Penulis: Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra
Penerbit: PT. Gramedia, Jakarta
Terbit: Juli 2011
Isi: 392 halaman
Sinopsis Novel 99 Cahaya di Langit Eropa
99 Cahaya di langit Eropa adalah sebuah novel perjalanan ditulis oleh putri
Amien Rais yang bernama Hanum Salsabiela Rais bersama teman perjalanan
sekaligus suaminya, Rangga Almahendra. Hanum yang lahir dan menempuh pendidikan
di Yogyakarta hingga mendapat gelar Dokter Gigi dari FKG UGM ini memulai
petualangan di Eropa selama tinggal di Austria menemani sang suami, lulusan cumlaude
di ITB Bandung dan UGM (S2), menempuh beasiswa S3 dari Pemerintah Austria
di WU Vienna.
Sepintas lalu, novel ini seperti novel travelling kebanyakan yang
mencoba menceritakan tempat-tempat dan bangunan indah pun menarik perhatian
seantero dunia, namun setelah dibaca lebih lanjut ternyata novel perjalanan ini
menguak hal-hal yang mungkin selama ini tidak pernah kita, sebagai muslim,
bayangkan dan duga sebelumnya ada di ranah Eropa. Dengan kata lain, novel ini
mencoba menunjukkan bahwa Eropa menyimpan misteri peradaban luhur sejarah
Islam, tak hanya terbatas pada Eiffel atau Colosseum belaka.
Novel ini bercerita tentang perjalanan Hanum menjelajah Eropa yang terbagi
dalam 4 bagian besar tempat-tempat yang dikunjungi Hanum, yaitu Vienna (Wina) –
Austria, Paris, Cordoba – Granada, dan Istanbul. Terselibnya cerita pertemuan
dan persahabatan Hanum dengan saudara-saudara muslim di tempat itu seakan
mengajak pembaca untuk turut merasakan persahabatan pun kebersamaan selama
perjalanan spiritual ini.
Magst du Schokolade
Maukah kau coklat ini?
Pada waktu itu Hanum mencoba cara yang lebih menarik dalam berkenalan dengan
seorang muslimah asal Turki yang bernama Fatma Pasha dalam kelas bahasa
Jermannya di Austria. Karena perasaan sesama muslimah itulah yang makin
mendekatkan mereka dalam persahabatan di negara mayoritas non muslim tersebut.
Perjalanan pertama Hanum berkeliling Wina adalah karena ajakan Fatma untuk
melihat keindahan kota Wina dari atas bukit Kahlenberg. Dari atas bukit ini,
Hanum dapat melihat dengan jelas Kota Wina seutuhnya, termasuk sebuah sungai
terkenal, Donau atau Danube, yang membelah dua Kota Wina. Tanpa dinyana oleh
Hanum, ternyata di tepi Sungai Danube itu berdiri sebuah bangunan berwarna
hijau dengan kubah blenduk dan minaret, Masjid Vienna Islamic Center –
Pusat Peribadatan umat Islam terbesar di Wina.
Di bukti inilah Hanum pertama kali belajar memahami konsep Fatma tentang
bagaimana menjadi agen muslim yang baik di Eropa. Selain itu juga mengetahui
sejarah Islam bahwa Turki pernah hampir menguasai Eropa Barat sebelum akhirnya
dipukul mundur oleh gabungan Jerman dan Polandia di atas bukit Kahlenberg.
Bersama Fatma, Hanum merencanakan mengunjungi beberapa tempat peradaban
Islam di Eropa. Namun kemudian, Fatma menghilang secara tiba-tiba sehingga
rencana tersebut sulit diwujudkan.
Paris
“Percaya atau tidak, pinggiran hijab Bunda Maria itu bertahtakan kalimat Laa
Ilaaha Illallah”
Perjalanan Hanum di Paris dilakukan bersama mualaf Muslimah Prancis, Marion
Latimer, lulusan Studi Islam Abad Pertengahan dari Universitas Sorbornne.
Bersama Marion, Hanum menjelajahi Museum Louvre dengan koleksinya yang
terlengkap di dunia mencakup hasil karya maestro-maestro dunia dan tentu saja
lukisan Mona Lisa karya Leonardo Da Vinci yang sangat tersohor. Di Museum ini
jualah terdapat lukisan Bunda Maria dan Bayi Yesus dengan “penemuan” yang
mengejutkan.
Tak kalah menarik adalah misteri Axe Historique, garis lurus imajiner yang
tepat membelah kota Paris dimana bangunan-bangunan penting Paris tepat berdiri
di garis tersebut (monument Obelisk Luxor Mesir, Jalan Champs – Elysses, dan
berujung di Monumen Arc de Triomphe de l’Etoile) dalam kaitannya dengan arah
Kiblat di Mekkah. Di Paris ini juga Hanum mendapat kesempatan menunaikan ibadah
sebagai seorang muslim di Masjid Besar Paris, Le Grande Mosquee de Paris serta
mengetahui sejarah Islam lainnya di Eropa.
Cordoba
dan Granada
“yang lebih penting kau harus mengunjungi 2 tempat spesial di Eropa”
The true city of lights. Kota seribu cahaya, Cordoba. Di kota ini
kita diajak oleh Hanum dan Rangga mengunjungi The Mosque Cathedral yang berarti
masjid atau Mesquita dalam bahasa Spanyol, namun bangunan ini kini telah dialih
fungsi menjadi gereja. Dalam perjalanannya mengelilingi Mesquita dengan dipandu
oleh pensiunan tour guide mesquita, kita diajak untuk memahami lebih
dalam betapa Cordoba pernah menorehkan masa keemasan Islam.
Perjalanan dilanjutkan ke Istana Al Hambra dengan latar belakang Pegunungan
Sierra Nevada yang berwarna putih salju di Gordoba. Istana yang diserahkan oleh
Mohammad Boabdil (sultan terakhir di Granada) kepada Isabella dan Ferdinand, the
royal couple yang menorehkan sejarah kelam bagi Islam di Spanyol.
Sebuah istana dengan tiga ruangan berbeda yaitu benteng pertahanan Alcazaba,
Pertamanan Generalife dan istana utama The Nasrid Palace. Nasrid Palace lah
yang menjadi daya tarik Al Hambra karena menyuguhkan sebuah pemandangan menakjubkan
berupa ukiran-ukiran kalligrafi Qur’ani kayu dan dinding yang menyerupai
helai-helai kain berbordir halus dan berbelit-belit.
Istanbul
Disini, Hanum mengajak kita untuk melihat lebih dekat tentang Hagia Sophia,
sebuah bangunan yang bernasib hampir sama dengan Mezquita di Spanyol. Musem
yang pada awalnya adalah sebuah gereja namun dialih fungsi sebagai masjid
setelah kejatuhan Byzantium ke tangan Turki Ottoman. Dilanjutkan dengan Blue
Mosque, Masjid Sultan Ahmed yang berdiri tepat di depan Hagia Sophia.
Di Istanbul pulalah, Hanum akhirnya bertemu kembali dengan Fatma yang
mengajak mereka mengunjungi Topkapi Palace. Istana ini menggambarkan
kesedarhanaan kehidupan sultan-sultan Turki serta bangunan-bangunan asimetris
yang tidak lazim dijumpai.
“Karena, menurut Sultan, kesempurnaan itu hanya milik Allah” (hlm 350)
Perjalanan dengan Hanum, Rangga dan Fatma di Istanbul menorehkan filosofi
dan pengetahuan baru mengenai peradaban Islam di Turki dan menguak beberapa hal
yang akan membuat kita, umat muslim, merasa bangga
.
Kelebihan
Cerita yang disampaikan begitu santai dengan bahasa yang lugas dan sederhana
sehingga seakan mengajak pembaca turut serta dalam perjalanan spiritual yang
dilakukan.
Manfaat
Memberikan gambaran baru tentang Eropa selain keindahan dan kemegahan
bangunan yang masyur di seantero dunia.
Dengan membaca novel ini kita dapat mengetahui perkembangan Islam di Eropa
sehingga dapat menjadi agenda wajib apabila kita diberi kesempatan untuk
menginjakkan kaki kesana.
Komentar
Posting Komentar